Thursday, January 21, 2010

Apakah Kemampuan Komunikasimemang Dibutuhkan untukLulusan IT? -part 2-

ini adalah lanjutan dari tulisan
sebelumnya : part 1
“ Kita bisa karena biasa”,
ungkapan itulah yang pada
akhirnya menggambarkan
kondisi kebanyakan lulusan IT.
Sejak menjadi mahasiswa karena
dibiasakan (atau terpaksa
membiasakan diri) dengan
kehidupan yang lebih banyak
berkomunikasi dengan
komputer, dan sedikit (atau bisa
juga dibilang banyak)
melupakan komunikasi dengan
dunia luar sehingga menjadi bisa
berkomunikasi dengan baik
kepada komputer namun
sebaliknya menjadi tidak bisa
berkomunikasi dengan baik
kepada orang lain.
Sudah banyak kabar yang
beredar bahwa lulusan IT susah
berkomunikasi di dunia kerja.
Sehingga lulusan IT yang
sebenarnya memiliki banyak ide
untuk kemajuan dunia kerja
namun karena kurang bisa
berkomunikasi dengan baik
maka ide-ide tersebut sulit
dimunculkan saat bekerja pada
suatu perusahaan. Dampaknya
jelas sekali yaitu sang lulusan IT
dianggap tidak inovatif, hanya
sebagai follower, hanya
mengikuti apa yang selalu
diperintahkan. Hal-hal seperti
inilah yang seharusnya menjadi
perhatian lebih, baik itu oleh
institusi pendidikan dimana sang
mahasiswa IT bernaung ataupun
oleh mahasiswa IT sendiri.
Sehingga mereka sadar bahwa
kemampuan komunikasi
memang penting untuk lulusan
IT, bahkan seharusnya tidak
hanya lulusan IT, namun saat
menjadi mahasiswa IT
kemampuan komunikasi sudah
dipupuk sehingga tidak akan ada
istilah “nasi sudah menjadi
bubur”.
Bagi sebagian manusia,
termasuk lulusan IT dan juga
anda, mungkin sulit untuk
berkomunikasi dengan orang
karena terkadang tidak sinkron
saat berkomunikasi dengan
orang lain. Ada ungkapan
menarik yang diungkapkan oleh
Purnawan EA.
“Apapun perantaranya, apakah
itu kasat mata seperti gaya
bicara, tutur bahasa, gerak
tangan, ekspresi wajah hingga
telepati, semuanya adalah alat
komunikasi, atau sarana saja.
Oleh karena itu harus selalu
digunakan cara atau saana yang
paling pas, paling cocok. Yang
paling penting adalah
perpindahan pikiran dari
“ pemancar” ke
“penerima”. Tiap orang
memiliki keunikan tersendiri,
sehingga cara yang sama belum
tentu efektif bagi orang lain.
Bahkan pada orang yang sama
tetapi pada situasi dan kondisi
yang lain penerimaannya bisa
berbeda! Pilih dan gunakan cara
yang paling pas, jangan fanatik
pada cara tertentu. Karena
begitu uniknya manusia,
seringkali cara berkomunikasi
dijadikan identifikasi diri. Kita
enggan mengubah cara
berkomunikasi kita masing-
masing karena takut kehilangan
identitas diri. ”
Purnawan EA – dalam bukunya,
Dynamic Persuasion
Jadi anda sebenarnya tidak harus
berpatok pada gaya komunikasi
yang selama ini menjadi ciri
anda, bila dalam menghadapi
orang lain dirasa cara
komunikasi anda tidak cocok,
janganlah ragu untuk merubah
gaya komunikasi. Jangan
menunggu orang lain yang
mengubah gaya komunikasinya
mengikuti gaya anda. Bukankah
mengontrol diri sendiri lebih
mudah daripada mengontrol
orang lain. Karena gaya
komunikasi kita cocok dengan
mereka maka mereka akan lebih
merasa nyaman, pikiran/ide kita
akan lebih lancar masuk ke
dalam pikiran sang penerima.
Inilah tujuan pokok dari
komunikasi.
Dari uraian diatas yang
menjelaskan cerita para tokoh
IT, kondisi mahasiswa IT, dan
kondisi lulusan IT di dunia kerja,
dapat disimpulkan bahwa masih
banyaknya kekurangan yang
dimiliki lulusan IT dalam hal
komunikasi. Hal tersebut
sebenarnya masih bisa diatasai
dengan cara banyak membaca
buku-buku komunikasi, ikut
seminar atau workshop, dan
pastinya berlatih. Berlatih, ya hal
itulah yang paling penting dari
sebuah keamampuan yang
membutuhkan banyak praktek
dalam menjalaninya. Ini seperti
ungkapan yang terkenal dari
novel Negeri Lima Menara (yang
menceritakan impian seorang
anak pondok pesantren madani
yang berusaha keras bersama
lima temannya dalam
mewujudkan cita-cita masing-
masing) yaitu “Man Jadda
Wajada” yang mengandung
maksud barang siapa bekerja
keras maka akan mampu
mencapai impiannya.
Dan bagi anda (terutama
mahasiswa / lulusan IT yang
menjadi bahasan utama pada
tulisan ini) yang tertarik dengan
cara mempelajari teknik
komunikasi yang baik. Saya telah
membaca beberapa buku
komunikasi, dan ada satu buku
yang cukup bagus mengulas
cara-cara berkomunikasi yang
baik (bukannya saya sedang
berpromosi lhoo..) utamanya
menggunakan teknik persuasi,
buku tersebut yaitu Dynamic
Persuasion karya Purnawan EA
(sorang konselor Life Strategy
dan Hypnotherapist). Di buku
tersebut banyak sekali dijelaskan
tentang proses komunikasi,
memahami kondisi berpikir
sasaran untuk menentukan
strategi pendekatan, taktik
pendekatan untuk memperoleh
‘ ya!’, strategi
mempertahankan hak anda &
menangani kritik secara bijak,
body language : bahasa bawah
sadar, dan masih banyak lainnya.
Tentunya suatu ilmu jika tidak
dipraktekkan akan sia-sia, ini
seperti yang diungkapkan Wiji
Thukul (penyair yang dengan
puisi-puisinya mampu
mengkritik Orde Baru sehingga
pada akhirnya dia dilenyapkan
oleh oknum-oknum Orde Baru
pada tahun 1997) yaitu
“ percuma kau baca banyak
buku jika hanya diam saja”.
Maka hanya ada satu kata
“ action!”.

No comments: